AKAR RUMPUT
Siapa pahlawanmu?
Tergantung posisimu.
Jika engkau menang, pahlawan adalah dia yang berdiri paling depan memimpin penaklukan lawan. Dia pantas dapat penghormatan.
Jika engkau kalah, pahlawan adalah dia yang duduk di belakangmu mengantongi serapah. Dia pantas dapat penghargaan.
Di posisi mana pun, pahlawan adalah pemenang. Siapa pun yang dibelanya.
Bahkan, bagi petarung, lawan adalah pahlawan yang layak namanya layak disematkan di hati. Hanya lawan tangguh yang melahirkan pahlawan sejati. Seperti ungkapan populer itu: pahlawan berlabuh dari mengarungi samudera berbadai, bukan dari kubangan air di belakang rumah.
Di olahraga, ada pahlawan yang memimpin tim memenangi setiap pertandingan. Atas dasar apa ia dipahlawankan? Atas dasar skor kemenangan. Siapa yang mengatakannya sebagai pahlawan? Pengagum.
Di lingkungan akademis, siapa pahlawan? Adalah mereka yang berani mengubur pengetahuan basi, berani menegakkan temuan menembus cercaan, dan berani membela membela logika. Atas dasar apa gelar dikalungkan? Tautan artikel di jurnal terakreditasi dan buku ber-ISBN. Siapa yang mengakuinya sebagai pahlawan? Akademisi.
Di panggung hiburan, menjadi pahlawan tak perlu seheroik itu. Siapa pun yang bisa menggelegakkan tawa dalam sekejap atau menumpahkan tangisan seketika, dia pahlawan. Ukurannya sederhana: berani mengajak audiens meninggalkan kenyataan hidup. Siapa yang menganggap mereka pahlawan? Ah, tak usah menuding sana-sini. Mungkin kita.
Sayang, pahlawan dalam imajinasi masyarakat saat ini dibelenggu oleh narasi kering yang dibangun negara: pahlawan kemerdekaan, pahlawan pembangunan, pahlawan kebajikan… Dan hanya kepala negara yang boleh menasbihkan. Tubuh dan kaki negara hanya boleh menghadiri upacaranya.
Lalu, dengan cara apa menyirami narasi kering itu? Sesuai dengan bidang saya: menulis. Lebih spesifik lagi: menulis buku. Hadirkan “pahlawan akar rumput” untuk imbangi “pahlawan ningrat”.
Selamat Hari Pahlawan!
@AAKuntoA
www.solusiide.com