Filosofi dan harapan sederhana Keris dhapur ‘Jalak Sangu Tumpeng’ , yg akan dipersembahkan bagi Sekolah kolese De Britto.
Persembahan Artefak Budaya yang kedua bagi SMA kolese De Britto, adalah sebuah keris. Alasan pemilihan artefak ini dikarenakan keris merupakan warisan budaya asli Indonesia yang sudah diakui dunia, dan di dalam nya terkandung makna filosofi yang luas dan menjadi jatidiri manusia dalam hal ini bisa melambangkan jatidiri hasil suatu proses pendidikan yg ada di Kolese De Britto.
Filosofi dhapur/bentuknya adalah ‘jalak’ . Dimana jalak adalah burung yg memiliki sifat kepekaan yg tinggi, dan dalam mencari makan tidak merugikan manusia malah memberikan simbiosis mutualisma kpd lingkungan. Selain itu jalak terkenal sebagai species yg setia.Sehingga diharapkan selalu teguh dan setia dalam cita cita, dan tidak merugikan bagi sesama dan alam semesta.(Siswa/alumni JB yg notabene lelaki semua dilambangkan dalam figur ‘manuk jalak’ ini. Dalam mengenyam pendidikan di kolese De Britto diharapkan peka, kritis, berbelarasa, terhadap kondisi sosial di sekitarnya dengan selalu menjunjung tinggi kesetiaan terhadap nurani yang benar dan konsisten sehingga menghasilkan karya karya yg berguna bagi sesama dan alam sekitar).
Sangu Tumpeng mengingatkan manusia, agar didalam karyanya untuk selalu bersyukur kepada Yang Maha Kuasa dalam kerendahhatian sebagai titah manusia, dan dengan selalu murah hati untuk berbagi kepada sesama. (Siswa/alumni JB dengan semangat man for others dan man with others, diharapkan untuk selalu berbagi dengan bijaksana sebagai wujud syukur atas karunia dan rahmat Allah yg diberikan dalam kehidupan. Sehingga dalam segenap pencapaian hidup, menjadi manusia yang murah hati dan rendah hati).
Keris lurus bermakna agar manusia selalu teguh, lurus dan mengarahkan diri dan berserah kepada Tuhan dan menuju kepada keutamaan hidup.(Siswa/alumni JB diharapkan selalu lurus, berhati nurani benar, dengan selalu mengarahkan segala cipta, rasa dan karsanya kepada Tuhan YME)
Pamor keris: Kulit semongko wengkon
Bentuk gambaran motif pamor Wengkon berupa garis yang membentuk bingkai sejak dari bagian gandik. Ke tepi depan, ke pucuk, ke tepi belakang, hingga wadidang keris. Kata wengkon artinya memang bingkai.
Sedangkan nama Tepen, berasal dari kata tepian.Maknanya adalah harapan agar segala cita cita didalam hidup kita tertuju kepada Allah, dilindungi dari bahaya, godaan duniawi dan tetap rendah hati. (Siswa/alumni JB diharapkan dengan selalu berserah kepada Tuhan YME, murah hati dan rendah hati, akan dilindungi dari godaan duniawi yg bisa menjauhkan dari tujuan keutamaan hidup)
Pamor kulit semangka bermakna penuh ketentraman, harapan untuk dimudahkan dalam mencari rejeki, diperluas dalam pergaulan dan juga selalu menggantungkan harapan kepada kehendak Allah (Siswa/alumni JB dalam segala cipta, karsa dan karyanya yang otentik, dengan dasar pendidikan dari bangku kolese de britto, akhirnya dapat mencapai keberhasilan, yang pada akhirnya bisa berperan bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa, negara dan dunia).
Persembahan artefak budaya ini menjadi suatu pengingat bagi segenap civitas akademika Kolese De Britto, supaya harapan dan visi yang tertuang dalam visi misi Kolese De Britto, dapat dipegang teguh dan diejawantahkan dalam kehidupan sehari hari baik dalam hidup pribadi dan bersama alam semesta.
Artefak Budaya berwujud keris ini, bersama dengan Wayang Kulit Santo John De Britto, rencananya akan diserahkan kepada pihak sekolah pada ulang tahun ke-71 Kolese De Britto, pada tanggal 19 Agustus 2019. Mohon doa restu dan dukungan segenap civitas akademika Kolese De Britto supaya dalam proses dan pelaksanaannya dapat berjalan lancarMaturnuwun.
*)sumber tulisan disadur dari berbagai sumber
Tim Artefak Budaya Kolese De Britto 2019