Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba, 21 Agustus 2016, lalu menyisakan pertanyaan, sekurang-kurangnya bagi saya. Ada sosok Jay Wijayanto ada di belakang Presiden Joko Widodo. Disebut-sebut, ia adalah ketua panitia arak-arakan rakyat itu. Disebut-sebut, ia pula yang ngotong-otong Jokowi-JK pidato kemenangan Pilpres 2014 bernuansa bahari di atas kapal Pinisi di Pelabuhan Sunda Kelapa, 22 Juli 2014.
Penasaran, saya pun meluncurkan pertanyaan-pertanyaan pendek kepada manuk lulusan 85 yang kondang dengan sapaan Jager ini. Saya WA, ia membalas: “Aku nulis jawaban apa piye?” Iyo, yen omongan angel ngendekkene…. “Yoh!”
Karnaval ki jane apa to? Apa pentinge? Penting dinggo sapa wae? Unsure apa wae?
Karnaval adalah salah satu jenis festival dalam bentuk parade bergerak dengan jalur tertentu dalam jumlah peserta yang cukup besar, baik sebagai perayaan hari besar, ekspresi budaya maupun sebagai ritual.
Karnaval dalam berbagai versi sebenarnya bukan hal baru dalam tradisi Jawa. Arak-arakan kerbau bule Kyai Slamet dan arak-arakan gunungan kraton pada dasarnya juga karnaval. Di Sumatera, arak-arakan Tabot untuk memperingati wafatnya cucu Nabi Muhammad juga karnaval.
Media ekspresi karnaval bisa berupa bentuk, warna, bunyi, dan gerak. Lazimnya karnaval harus menampilkan sesuatu yang tidak biasa, yang membuat orang kagum, tercengang, dan gembira. Sehingga karnaval berfungsi sebagai media ekspresi, katarsis kolektif, dan relaksasi.
Pada masa orde baru, makna karnaval diperlemah hanya sebagai media unjuk keberhasilan pemerintah sehingga sering disebut sebagai karnaval pembangunan. Isinya pamer hasil pertanian berupa singkong yang besar, jagung dan padi, atau seni yang klise, dan tidak ekspresif.
Namun masih ada hal yang positif pada karnaval kemerdekaan di masa lalu yang menampilkan cita-cita anak-anak pada profesi tertentu. Itulah saat anak-anak menjadi dokter, polisi, atau tentara. Maka pada dasarnya karnaval adalah panggung pemeranan yang dirindukan baik oleh penonton maupun pelaku.
Ngopo to sampeyan ki berkebudayaan? Golek apa? Nemu apa?
Sebuah bangsa bertahan hidup karena mempunyai identitas. Salah satu yang kuat dan layak diperjuangkan adalah jalan budaya. Maka aktivitas budaya adalah upaya untuk mempertahankan keberadaan sebuah bangsa.
Kalau harus menjawab apa yang didapat, kiranya justru berkebalikan dengan esensi dari jalan budaya yang justru memberi, bukan meminta. Jalan budaya harus bermula dengan apa yang bisa kuberikan kepada masyarakat, bukan sebaliknya. Karena jalan budaya bukan transaksional, melainkan sebuah kerja moral yang kadang melewati lorong sunyi.
Dalam konteks itulah man for others Kolese de Britto menjadi landasan spirit yang tepat. Saya berkeyakinan bahwa gagasan-gagasan yang baik punya energinya sendiri untuk bertumbuh dan berkembang. Maka dalam kegiatan saya selama lebih dari 20 tahun, selalu saja ada dukungan untuk menghidupkan kegiatan saya. Sangat jarang saya membatalkan pementasan misalnya karena tidak ada dana.
Nang njero lingkaran kekuasaan ki ana apa, mikirke apa, nggawe apa?
Ternyata saya tidak merasa ada dalam lingkaran kekuasaan. Itu juga yang membuat saya merasa tidak menyandang beban berat. Yang saya lakukan sama dengan ketika saya berkesenian pada masa sebelumnya.
Saya melakukan sesuatu untuk mengangkat seni Indonesia dan budaya nusantara yang kaya. Meski ada kesadaran penuh bahwa beberapa hal yang saya lakukan harus selalu dipertimbangkan efeknya bagi presiden dan pemerintah.
Dalam setiap kegiatan seperti karnaval ternyata ada beberapa orang yang mengamati ciri khas pekerjaan saya, yaitu saya selalu melibatkan masyarakat atau justru mengangkat apa yang ada dalam masyarakat. Bahasa kerennya community engagement.
Dengan demikin karnaval menjadi perayaan warga dan dinikmati oleh warga, bukan hasil kegiatan EO mengimpor artis dari pusat ke daerah. Ketika itu terakumulasi dalam volume yang besar akan menciptakan energi luar biasa yang menjadikan keharuan kolektif warga masyarakat, katarsis yang sebenarnya.
[@AAKuntoA/96]
Photo by : Jakartanicus [Lexy Rambadeta]
Elok tenan denmas Jager aka Jay.
Sakses selalu njih
Note: isi dan pesan serta gaya penulisan artikel ini sungguh bagus. Simple sederhana mengena.
Warbyasah.
Sukses