Keluarga alumni JB, komunitas chapter, komunitas angkatan, komunitas pandemen.
Alumni JB yang keanggotaannya secara otomatis diperoleh setelah ucul dari kandang manuk, kriterianya masih bisa diperdebatkan. Entah kriterianya harus lulus berijasah, boleh hanya Dawa Oesoese, atau cukup hanya pernah memiliki Nomer Induk, embuh. Yang pasti komunitas alumni JB ini unik, menyenangkan, nyebahi namun menggairahkan.
Para alumnus ini biasanya tergabung, menggabungkan diri atau digabungkan dalam komunitas dalam habitat yang beragam. Tetapi menurut pengamatan saya ada tiga besar tipe komunitas ini, komunitas angkatan, chapter dan yang akhir2 ini makin populer dan nge-mak’erot – komunitas penyuka/pandemen, yaitu komunitas alumni yang memiliki minat yang sama, semisal gerombolan para pandemen mancing, nggowes, bal-balan, playon, kerokan, lan sanesipun.
Karakter ketiga tipe komunitas alumni ini unik dan beragam pula. Komunitas angkatan biasanya paling solid solidaritasnya, mengingat mereka pernah bersama minimal tiga tahun ngangremi endog – endoge dewe2 – di kandang manuk. Maka aktivitas kegiatannya tergantung dari sedang seberapa tinggi level ‘l*jelity index’nya – tingkat kel*jelan dari gerombolan ini, semakin l*jel semakin aktif. Keanggotaannya otomatis, ada yang terkadang karena sangat dicinta teman2nya, bisa tergabung dalam lebih dari komunitas satu angkatan. Namun keikutsertaannya ya suka suka. Secara usia, emosi dan tataran wawasan anggotanya bisa dikatakan hampir setara, hanya dibedakan oleh nasib. Yang kalau berkumpul lebih suka bernostalgia secara romantis, mengingat ingat suasana dan perbuatan saat masih sekolah dulu, dengan segala asu plastiknya; patungan nggendul, bantingan untuk teman yang membutuhkan, dan biasanya dilanjutkan dengan acara nakal bareng. Haalah…
Komunitas berikutnya, komunitas pandemen, GPK – Gerombolan Penyuka Kegiatan ini mlumpuk dan mumpluk atas dasar minat yang sama, lintas angkatan, antar kota antar propinsi. Komunitas ini cukup heboh namun cair, kegiatannya juga paling aseek. Dan atas dasar minat yang sama, terkadang dalam kegiatannya menyelundupkan oknum berkelamin beda untuk memberi aksen atau varian kehangatan. Jiaan…. Keanggotaannyapun suka suka manasuka. Kalau suka ya gabung kalau bosen ya mlethasz, tak ada sanksi apapun, kadang malah cuma meninggalkan tagihan tak berkelunasan, atau kisah cinta tak kesampaian – patah hati dan mutung. Join dan left grup jadi menu keseharian. Sah sah saja.
Komunitas chapter adalah komunitas paling unik, karena mendasarkan diri pada suatu mata pelajaran, geografi. Keanggotaannya paling cair sekaligus paling solid, berdasarkan klaim dimana si alumnus berdomisili, didomisilikan dan mendomisilikan diri. Keikutsertaannya juga sukarela, biasanya lebih tergantung seberapa agresif teman2 disekitar dia tinggal, dan seberapa aktif tingkat pengopyak’an teman2 tersebut. Namun tak tertutup kemungkinan, yang sudah pindah domisilipun masih enggan unsubscribe dari keanggotaannya, jika bukan ditahan, bisa jadi karena masih ada kredit panci yang belum lunas misalnya. Memang benar apa kata pepatah, tetanggamu adalah saudaramu terdekat. Oh yaaa..? Kegiatan2nya lebih melow daripada komunitas lainnya. Ada kumpul2 periodik, ulangtahunan, arisan para ibu suri alumnus, family gathering hingga layat bersama. Maklumlah, sebab biasanya mereka tinggal di kawasan yang saling berdekatan. Keakrabannya luwarbiyasah, mereka bisa mengadakan acara2 bersama dari pagi hingga pagi berikutnya, bahkan anak istrinyapun dilibatkan pula. Ya gitu deeh….
Nah,Siapapun mbesuk yang mengurusi Paguyuban Alumni De Britto yang berbadan hukum Perkumpulan, jika dapat melakukan sinergi dari ketiga gerombolan itu, untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama, niscaya muga muga paguyuban dan keguyuban alumni JB ini akan lebih migunani, kondang sak jagad, sehat seger waras, nir ing sambikala, rahayu ingkang sami pinanggih. Cruut …!
Penulis : Susetyo Rahardjo