Dengan gaya serius seorang pria berumur bicara keras di hadapan orang banyak, “Saya itu bukannya anak orang kaya. Yang anaknya orang kaya itu anak saya!” Dan orang-orang yang mendengar justru tertawa ngakak.

Itu pas pertama kali dengar. Tetapi ketika mulai diulang orang-orang tadi mulai teriak, “Boseeeeeeen ….” Dan Bapak tadi cuek saja senyam-senyum. Rasanya bukan sekali itu saja hal seperti itu terjadi begitu padanya.

Saya masih bisa membayangkan ekspresi Bapak tadi, guru menggambar yang sangat kami cintai Pak Mantri Supit. Supit bukan nama marga-nya, supit nama profesinya di luar sekolah yaitu sebagai Bong Supit.

Suatu hari saya protes gambar saya dikasih nilai 6-. Saya diajak ngomong berdua, dan beliau berkata, “Gambarmu apik Cah Bagus, tapi ajaib karena tidak ada titik apinya!” Saya tersenyum kecut, beliau hebat dan bijak.

Saat itu saya pinjam gambar teman yang pintar menggambar. Saya fotokopi, terus saya coblos titik-titik pentingnya pakai jarum, ditandai pakai pensil, lalu disambung-sambung. Cuma saya lupa titik apinya di luar kertas.

Ada banyak peristiwa lucu dengan Pak Mantri di kelas, banyak yang saru juga. Kemarin saya kontak Awiek anak Pak Mantri yang seangkatan saya. Saya diberi foto Pak Mantri Supit, the Legend! Menetes air mata saya.

Handoko Wignjowargo JB83