Petrus Pujiraharjo, SH adalah tokoh kedelapan dari tujuh puluh Tokoh Alumni SMA Kolese De Britto yang kurencanakan.

Lahir di Klaten, 5 April 1973, Mas Jojon, demikian ia biasa dipanggil, adalah seorang anggota Satpol PP di Kabupaten Klaten. Jabatan resminya Pelaksana Pengolah Data Kepegawaian Satpol PP Kabupaten Klaten. Aku belum pernah bertemu dengannya, kenal pun baru beberapa waktu yang lalu karena kebetulan kami sama-sama menghuni sebuah grup WA yang berisi alumni-alumni De Britto yang berasal dari Klaten.

Barangkali ada yang bertanya kenapa Mas Jojon kujadikan tokoh alumni? Bukankah banyak alumni lain yang ‘lebih layak’ dijadikan tokoh?

Dimana istimewanya?
Dimana uniknya?
Dimana suksesnya?

Jangankan kalian!
Mas Jojon pun awalnya juga heran dan tak yakin ketika kuajak ngobrol via WhatsApp dan kutanya, “Njenengan purun kula tulis, Mas? (Kamu mau kutulis, Mas? –jw)”

Tapi menjawab ketidakyakinannya dan keheranan kalian itu sejatinya sangat mudah! Setiap manusia dilahirkan unik maka yang kulakukan dengan menuliskannya hanyalah menyelaraskan kodrat alami itu!

Nggak percaya? Baca saja wawancaraku dengan alumni SMA Kolese De Britto tahun 1992 itu!

[DV] Mas, kapan pertama kali bertugas jadi Satpol PP?

[Jojon] Tahun 2006! Dua hari sesudah gempa aku masuk kerja hari pertama setelah itu saya jatuh cinta pada profesi ini hehehe…

Kamu lulus De Britto tahun 92 tapi baru jadi pegawai negeri tahun 2006? Sebelumnya ngapain aja?

Lulus De Britto tahun 1992 aku lanjut ke Fakultas Ekonomi UAJY (Universitas Atma Jaya Yogyakarta –DV) tapi nggak tamat. Tahun 1993 aku diterima di Fakultas Hukum UGM dan lulus sembilan tahun kemudian.

Hah? Sembilan tahun? Kok bisa selama itu? (Padahal aku lulus kuliah sepuluh tahun hahahha -DV)

Periode buruk, Mas! Aku dulu jatuh pada pil koplo dari tahun 1994 – 1998.

Woh, njenengan ‘ngoplo juga?

Iya hahaha…

Lalu kok bisa berhenti kenapa?

Gilo karo resikone, Mas hahaha.. (Ngeri memikirkan resikonya, Mas –jw)

Butuh waktu bertahun-tahun untuk menetralisir hingga akhirnya bisa bangun dan seperti terlahir kembali mensyukuri kejadian itu. Nggak gampang menjalani episode itu…

Jadi Satpol PP itu enaknya apa?

Stel kendo kenceng. Stel kenceng untuk peraturan, stel kendo untuk kamanungsan (kemanusiaan).

Maksudnya?

Setia pada peraturan tapi juga melihat sisi kemanusiaan, Mas.

Oh ya? Kalau memang begitu, lantas bagaimana perasaanmu saat misalnya mengusir para pengemis di lampu merah? Apakah kamu juga berpikir tentang kamanungsan?

Begini, Mas…
Tugas penertiban terhadap pengemis itu tujuannya bukan untuk menyengsarakan mereka malah untuk mereka sendiri banyak sisi baiknya. Petama, mereka akan dibina oleh tim di rumah singgah. Kedua, juga untuk keselamatan mereka! Di bangjo itu kan rawan eksploitasi dan kecelakaan lalu-lintas…

Nggak enaknya jadi Satpol PP apa?

Enak semua pokoke, hahahaha!

Satpol PP kan dianggap karir rendahan oleh segelintir orang?

Cibiran seperti itu biar jadi penyemangat saja.

Saya bahagia menjalaninya.
Meski saya ini staf, meski volume pekerjaan luar biasa tapi saya pribadi bisa bekerja mengukur volume pekerjaan saya, dan setidaknya hingga saat ini saya sangat nyaman. Asyik aja.

Banyak yang bilang jadi Satpol PP itu jadi alat politik dan senjata pemerintah daerah?

Pemahaman itu keliru! Kami malah ada di pihak yang jelas yaitu membela rakyat. Contoh ada penjual duren di jalan satu arah Sidowayah. Kita berjibaku menertibkan. Tampaknya memang seperti semena-mena karena tak melihat proses dan dampaknya.

Tujuannya padahal bagus. Jalan itu cukup sempit, kalau ada mobil parkir di situ pasti akan makan 40% badan jalan kemudian akan rawan kecelakaan. Kalau sudah terjadi kecelakaan baru mereka sadar. Kan telat hehehe…

Hidup sebagai Satpol PP apa cukup untuk hidup, Mas?

Mas Jojon menyebut nominal tapi aku memutuskan untuk tak menampilkannya di sini karena tak ingin menimbulkan berbagai macam penafsiran.

Kadang singunen, Mas (ketar-ketir -jw) tapi selama aku berusaha pasti rejeki tak akan kemana…

Kamu nggak merasa iri dengan teman-teman lulusan De Britto yang secara duniawi mungkin jauh lebih sukses darimu?

Nggak pernah!
Saya sangat mensyukuri diri, keluarga dan ndeso saya. Bahagia saya sudah luar biasa. Di desa diberi kesempatan untuk beraktualisasi sangat nyaman dan menyenangkan. Apalagi konco-konco JB itu kan joss-joss! Aku yakin mereka pun tidak serta-merta menonjolkan hal-hal duniawi, mewadahi siapapun dan apapun, dan ra nggagas status ekonomi dan pekerjaan, menurutku…

Caramu mensyukuri piye, Mas?

Sederhana saja!
Berbagi dan menjadi pelaksana sepenuhnya kalau ada hajatan di kampung, sripahan (acara dukacita), hari raya Gereja, entengan (ringan tangan) dengan banyak orang yang membutuhkan.

Masa laluku kan cukup buruk, Mas. Belajar dari situ saya sangat mensyukuri apapun saya saat ini dan semoga caraku ini memberi manfaat bagi sesama.

De Britto banget ya?

Iya! Man for other bukan slogan kosongan… benar-benar hadir dan ada dan penuh sukacita ketika menjalaninya!

Kamu beribadah?

Iya! Jelek-jelek gini saya ketua wilayah Santo Lukas Granting, jabatan yang unik, “Pujek kok ketua wilayah hahahaha..”

Tapi tentang iman ini sebenarnya aku nol besar, Mas! Ke Gereja ya seperti formalitas saja tapi pokokmen aku waton teko (asal datang -DV) dalam setiap kegiatan selama masih sehat. Ikut latihan koor meski suaraku nggak bagus. Entah, aku enjoy aja ketika ikut dan hadir. Ketika ada kegiatan perayaan aku dengan suka cita sebagai tim kamtib (keamanan dan ketertiban) dan itu dengan sungguh-sungguh kuanggap sebagai ibadah, penghiburan atau apapun hahaha…

Sebagai golongan minoritas, kamu tetap merasa nyaman bekerja?

Katolik bagiku bukan tentang ritual, bukan tentang pakaian dan konjuk (membuat tanda salib). Katolik bagiku tentang bagaimana membawakan diriku berbeda, bekerja, menilai dan menyikapi pekerjaan.

Aku merasa luber berkate oleh Tuhan, Mas DV. Teman-teman banyak yang memproyeksikan aku untuk mendapatkan jabatan karena mereka nggak melihat agamaku tapi pekerjaan yang dipercayakan kepadaku.

Trus kamu mau?

Aku nggak pernah mencari… Aku slalu bilang pada mereka bahwa aku sudah sangat bahagia dengan posisiku saat ini sebagai staf sub bagian umum dan kepegawaian.

Aku selalu berpikir orang-orang itu bekerja nggak harus menjadi pejabat. Aku sejak awal slalu mensyukuri status dan pekerjaanku begini saja. Untuk apa jadi pejabat? Malah mengikat!

Sudahkah kamu menemukan keunikan Mas Jojon? Aku sudah…