Tidak seperti biasanya, di hari Minggu, 5 Maret 2017 pagi di SMA Marsudirini, Kemang Pratama, Bekasi, dipenuhi oleh segerombolan pria dewasa berkaus hitam. Mereka berjalan menuju ke Aula SMA Marsudirini di lantai 3 untuk mendaftarkan diri di sebuah acara. Ternyata pada hari tersebut, SMA Marsudirini memberikan ijin untuk Aulanya dipakai oleh Paguyuban Alumni SMA Kolese de Britto Chapter Bekasi, Cikarang dan Karawang (JB-Becik) dalam rangka diselenggarakannya perayaan ulang tahun 1 Paguyuban Alumni ini. Dalam perayaan ini tercatat sebanyak lebih dari 160 orang alumni yang datang.
Dalam memeriahkan perayaan ini, panitia yang diketuai oleh Andika Pamungkas (JB 85) telah berbulan-bulan menyiapkannya. Mereka bekerja keras untuk merumuskan acara dan segala pendukungnya untuk membuat perayaan ini bukanlah reuni tak bermakna semata. Oleh karena itu sejak jauh-jauh hari mereka mengundang pembicara-pembicara yang dapat menguatkan semua alumni baik yang sudah sepuh ataupun yang masih muda. Judul dari perayaan inipun memiliki makna yang mendalam, yaitu “Uripe Manuk BeCiK Sansaya Urup” atau dalam Bahasa Indonesia bermakna hidup dari alumni (baca manuk) SMA Kolese de Britto agar semakin menjadi terang bagi sesamanya.
Dalam mengejawantahkan pesan tersebut, maka acara diawali dengan Misa Kudus yang dipimpin oleh Rm. Hendro S.J. (JB 88) yang dalam homily menceritakan kembali bagaimana perjuangan Santo Yohanes de Britto dalam perjalanannya mewartakan kisah Kristus di tanah Bengala. Ia mengalami kesulitan di awal karyanya dikarenakan ia memiliki perbedaan secara fisik dan budaya dengan masyarakat setempat. Namun, setelah ia mengganti pakaiannya dengan sari, pakaian adat masyarakat India, ia mendapatkan penerimaan yang luar biasa oleh masyarakat India. Bahkan seorang raja ingin menjadi Katolik setelah mendengar kisah dari St. Yohanes de Britto. Oleh karena sang Raja memiliki istri 4, maka St. Yohanes de Britto mengatakan bahwa ia harus menceraikan istri-istrinya dan memilih salah satu diantara mereka untuk menjadi istrinya yang sah agar ia diterima dalam Gereja Katolik. Oleh karena masalah ini, dimana St. Yohanes de Britto mempertahankan prinsipnya, kemudian St. Yohanes de Britto dihukum pancung. Dalam kehidupan alumni, Rm Hendro mengingatkan bahwa kita harus mampu hadir mewartakan Kristus melalui kebudayaan-kebudayaan yang ada di sekitar kita. Dengan berada bersama masyarakat sekitar, Paguyuban Alumni JB Becik dapat menjadi ‘urup’ dengan pelayanan-pelayanannya yang nyata.
Kemudian setelah misa selesai, para alumni mendapatkan pencerahan mengenai kondisi Bangsa Indonesia melalui sharing kebangsaan oleh salah seorang alumnus JB yang berkecimpung di dunia perpolitikan nasional yaitu Hasto Kristiyanto (JB 85 ), yang saat ini mendapatkan amanah untuk menjadi Sekjen dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Sebelum ia memulai, ia memberikan kesempatan bagi salah seorang tokoh alumnus yang dihormati, yaitu H. Datuk Sweida Z. (JB 73), untuk berbagi mengenai karyanya dalam membangun kebhinekaan. Datuk bercerita bagaimana ia bersama dengan rekan-rekan muslim yang alumni di sekolah-sekolah Yesuit berkarya dalam menjunjung kebhinekaan di Indonesia ini dengan cara mengunjungi masjid-masjid di Jakarta, salah satunya di Petamburan.
Setelah Datuk selesai berbagi, maka Hastopun memulai ceritanya. Ia bercerita bahwa pengalaman semasa SMA sungguh sangat berkesan baginya. Ia belajar mengenai kebebasan dan perbedaan di masa SMAnya. Hal ini yang kemudian membuatnya terpanggil ke dunia politik walaupun tidak sejalan dengan jurusan yang diambilnya semasa kuliah, yaitu Teknik Kimia. Ia mengungkapkan, pendidikan SMA Kolese de Britto membuatnya berani untuk berbeda dan berani untuk mengatakan hal yang nyata, bukan hoax. Ia menceritakan bagaimana ia beradu pendapat dengan Imam FPI Habib Rizieq Syihab mengenai masalah pidato Megawati Soekarnoputri beberapa waktu yang lalu dimana ia turut berperan membuat naskah pidato beliau. Hal ini menjelaskan bagaimana pendidikan SMA Kolese de Britto dapat memberikan warna dalam kehidupan masyarakat.
Setelah Hasto selesai, maka giliran Pengurus Paguyuban Alumni JB Becik yang diwakili oleh Sekretarisnya, Filemon S. Adeodatus (JB 99) melaporkan apa saja yang sudah tercapai dalam 1 tahun ini. Hal-hal yang luar biasa yang sudah dicapai oleh Becik adalah terwujudnya AD/ART Paguyuban yang menjelaskan garis besar aturan-aturan jalannya paguyuban agar terhindar dari miskonsepsi. Selain itu ada beberapa karya yang sudah dilakukan seperti kunjungan sosial, sumbangan kedukaan, dan acara gathering keluarga dimana momen seperti itu dimaksudkan untuk memperkenalkan JB di mata istri dan anak-anak alumni. Salah satu pencapaian terbesar adalah terwujudnya Kartu Anggota (KTA) yang terintegrasi dengan program E-money yang membuat anggota paguyuban semakin bergaya. Selain itu ada laporan mengenai jumlah anggota dan jumlah anggaran yang dimiliki oleh Paguyuban. Untuk program ke depan, JB Becik menyanangkan adanya program beasiswa dan koperasi bagi anggotanya. Semoga dengan dukungan semua pihak hal ini dapat terjadi.
Setelah itu disusul oleh sambutan Presiden Alumni SMA Kolese de Britto, Toni Prasetiantono (JB 81), yang hadir setelah semalaman rapat dengan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani. Dalam sambutannya, ia bercerita bagaimana pentingnya alumni untuk membawa brand SMA Kolese de Britto agar menjadi penarik minat bagi anak-anak muda untuk masuk ke sekolah tersebut. Saat ini pendidikan sudah menjadi sebuah kompetisi yang unik bagi sekolah-sekolah khususnya di Yogyakarta. Oleh Karena itu peran alumni sangat penting bagi penyambung antara sekolah dan masyarakat.
Kemudian acara disambung dengan pemotongan tumpeng oleh Gubernur Paguyuban Alumni JB Becik, Bimo Hartanto (JB 93) dan diserahkan kepada para tamu, dan terutama pada tamu kehormatan di hari itu, yaitu Om Tongjiet, yang sudah memberikan makna bagi kehidupan para alumni semasa bersekolah di Jl. Laksda Adisucipto 161, Yogyakarta tersebut semasa tahun 1970an hingga 2000an awal. Dalam kesempatan ini, salah satu cabang kegiatan alumni, yaitu Kopi Jalan Solo, juga memperkenalkan produk baru mereka, yaitu Kopi Tongjiet dengan 2 varian, yaitu Tongjiet dan Lek Samino.
Ternyata acara belum selesai disitu. Acara puncak merupakan sebuah pelajaran yang tak telupakan yang diberikan oleh Bebet Darmawan III (JB 88) yang dibantu oleh Tribroto Cawu (JB 95). Mereka membagikan hal-hal yang luar biasa dalam membangun kepercayaan diri dan memunculkan aura super dari setiap individu. Kita diajak untuk mencoba menusuk kentang keras dengan menggunakan sebatang sedotan tipis. Pada mulanya, banyak yang gagal karena kita berpikir itu adalah hal yang tidak mungkin. Setelah Bebet memberikan contoh, maka kita berpikir hal ini mungkin terjadi. Kemudian ia mengajak kita untuk mengubah cara berpikir kita. Dengan semboyannya “Bisa, Harus Bisa, Pasti Bisa” kemudian kita diajak mencoba kembali. Banyak yang berhasil menancapkan sedotan ke kentang tersebut. Rupanya pada pertemuan mendatang kita bisa mengundang Bebet kembali agar tidak hanya menancapkan sedotan ke kentang tersebut, namun kita dapat melubangi kentang tersebut. Hal ini sangat membekali bagi para alumni, terutama yang muda, agar kita dapat berpikiran positif dan memiliki optimism dalam hidup.
Salam AMDG
Josss…HBD BeCiK..selalu bersatu dg semua kawanmu..sansayo urup.
Dear Becikers,
Aslm Ww.
Acara yang bagus sekali tertata sempurna.
Mas Bebet perlu diundang ulang, khusus satu hari hanya unt beliau.
Semoga Becikers terus guyub dan maju bersama chapters lainnya.
Proficiat.. BDG.
Wslm Ww.
Haji Datuk Sweida Z – JB’73
Ketua Umum Asosiasi Alumni Jesuit Indonesia.