Sebagai anak kelas satu SMA yg sangat mencintai sepak bola, saya pun memilih gabung di tim sepak bola Debritto.
Berhubung saat SMP saya ikut klub bola semi profesional maka skill dan kecepatan saya cukup menonjol. Apalagi saya bisa tepe-tepe ke pelatihnya, Coach Didik.
Coach Didik, lantas menunjuk saya sebagai striker di tim inti JB. Saya diduetkan dengan Striker senior dari kelas 2, namanya Secundus. Kami berkenalan di lapangan SMA de britto yg kualitas rumputnya jauh lebih baik daripada stadion mandala krida.
Sekundus? Nama kamu aneh. Baru kali ini saya dengar, Mas. Gimana kalau saya panggil Glen Fredly saja? Habis mirip sih. Hahaha.
Akhirnya saya toh tetap memanggilnya Sekundus. Kami lantas duet di lapangan hijau. Walau kami sama-sama striker, tapi saya akan lebih sering mundur ke belakang. Saya lebih suka mengumpan. Di jaman saya main bola dengan Sekundus adalah era lahirnya David Beckham, maka saya selalu meniru gaya umpan lambungnya dari samping, dan dengan postur tubuhnya yg tinggi, Sekundus akan menanduknya dengan buas. Kadang bisa juga dengan tendangan voli gunting.
Lulus SMA, Sekundus berkuliah di sekolah bahasa Inggris terbaik di Jogja. Ia sedang mengejar cita-citanya menjadi guru bahasa Inggris.
Lama kami berdua tak berjumpa. Beberapa bulan yg lalu, saat saya posting foto sedang melatih teater di SPH Cikarang, dia menjapri saya untuk mampir ke rumahnya. Saya pun berencana di kunjungan berikutnya saya pasti mampir. Sekundus jadi Guru di sekolah Dian Harapan, yg ada di Cikarang juga. Namun saat di hari yg ditentukan tiba, saya menelpon seharian tapi HP nya tidak aktif. Malamnya dia minta maaf dan minta diresecejul kapan-kapan.
Kemarin pagi saya kaget, mendengar kabar Sekundus meninggal dunia tak lama setelah main sepak bola. Saya sedih. Saya hanya bisa mengirim DOA dan mengingat kebaikannya. Selamat jalan, partner.🙏
GIRAS BASUWONDO